KEPEMIMPINAN DALAM KELUARGA
Menurut Waite, kepemimpinan atau leadership adalah landasan untuk pengelolaan sumber daya manusia agar organisasi dapat mengatasi resistensi terhadap perubahan.
Konsep kepemimpinan ada dua jenis menurut Burns, transaksional dan transformasional--transaksional yang menawarkan imbalan untuk produktivitas, sedangkan transformasional lebih kepada menginspirasi dan mengembangkan kemampuan pengikutnya. Robert Greenleaf mengutarakan hal lain tentang kepemimpinan yang melayani atau servant leadership yaitu untuk menjadi seorang pemimpin yang baik harus menjadi pelayan orang lain.
Jika keluarga diibaratkan sebagai organisasi, maka tentu keluarga pun butuh kepemimpinan.
Perubahan di dalam keluarga bisa dalam berbagai hal, perubahan terhadap nilai anak sekolah yang turun, prestasi kakak yang bagus sementara adik biasa saja, atau terhadap penggunaan internet yang sangat bebas dan masif di kalangan remaja. Semua perubahan itu perlu diatasi dengan baik. Keluarga perlu pemimpin untuk mengatasi perubahan-perubahan ini.
Lebih lanjut, apakah memimpin keluarga dengan transaksional yaitu memberikan imbalan terhadap prestasi atau dengan transformasional yaitu menginspirasi dan mengembangkan kemampuan anggota keluarga? Ataukah dengan melayani seorang dengan yang lain?
Apapun jenis kepemimpinan yang anda terapkan di dalam keluarga, pastikan ada 3EX berikut ini:
1. EXIST
Sebuah keluarga tanpa pemimpin bisa berjalan tanpa arah. Pastikan bahwa dalam keluarga anda ada seorang yang memimpin. Seorang Bapak adalah yang paling wajar untuk menjadi seorang pemimpin. Namun keluarga yang tanpa Bapak mau tidak mau menobatkan Ibu menjadi sosok yang harus memimpin keluarga. Itu pun tidak apa-apa.
2. EXAMPLE
Pemimpin yang menjadi contoh buat anggota keluarga yang lain. Tanpa sadar, anak-anak sedang mengcopy dan mengidolakan orang tuanya. Anak-anak kita adalah kita pada masa lalu. Untuk itu berikan contoh yang paling baik kepada mereka. Rekaman ingatan anak-anak kita akan masa kecil mereka akan menentukan menjadi apa mereka di masa depan. Jadi jangan berikan kepada mereka rekaman film rumah yang sering berantem, teriak-teriak keras, atau tidak mau memaafkan. Tapi berikanlah rekaman film tentang kerja keras, pantang menyerah, suka memuji, dan membuka hati untuk memaafkan.
3. EXERCISE
Haig bilang "practice rather than preach". Menjadi pemimpin di dalam keluarga tidak mudah. Untuk itu memang penting sekali pelatihan setelah menikah. Yang sekarang ada hanya mempersiapkan pernikahan, padahal berikutnya yang menjadi sangat critical adalah bulan dan tahun awal setelah pernikahan. Namun, memang keluarga adalah sebuah sekolah yang tak pernah tamat sampai akhir hidup kita.
Rencana gagal, jika tidak disertai pertimbangan; rencana berhasil, jika banyak yang memberi nasihat(Amsal 15:22).
Untuk itu kita memang perlu mulai melatih diri kita untuk memimpin keluarga. Tidak ada kata terlambat. Caranya bisa dengan:
a. Berlatih membuat keputusan. Mengadakan rapat keluarga resmi untuk memutuskan sesuatu. Seluruh anggota keluarga diundang dan duduk bersama di meja makan untuk mendiskusikan apa yang menyebabkan Kakak marah-marah dan kemudian membuat kesepakatan bersama sebagai solusi agar tidak terjadi lagi. Bisa saja hal tersebut karena Adik yang memancing-mancing kemarahan, sehingga hal tersebut pun harus menjadi bagian dari solusi.
b. Berlatih membuat perubahan. Mulai membuat gerakan perubahan di dalam keluarga. Seluruh anggota keluarga dan wajib mengikutinya tanpa kecuali. Misalnya saja tidak boleh menonton TV di atas jam 10 malam, itu berarti orang tua pun wajib melakukan hal tersebut.
c. Berlatih memuji. Memuji saat anggota keluarga melakukan sesuatu yang baik. Jangan hanya marah saat melakukan kesalahan. Berlatih memberikan pujian tentunya memiliki suasana yang jauh lebih menyenangkan di dalam keluarga.
Selamat memimpin!
(Dr. Julbintor Kembaren)
Menurut Waite, kepemimpinan atau leadership adalah landasan untuk pengelolaan sumber daya manusia agar organisasi dapat mengatasi resistensi terhadap perubahan.
Konsep kepemimpinan ada dua jenis menurut Burns, transaksional dan transformasional--transaksional yang menawarkan imbalan untuk produktivitas, sedangkan transformasional lebih kepada menginspirasi dan mengembangkan kemampuan pengikutnya. Robert Greenleaf mengutarakan hal lain tentang kepemimpinan yang melayani atau servant leadership yaitu untuk menjadi seorang pemimpin yang baik harus menjadi pelayan orang lain.
Jika keluarga diibaratkan sebagai organisasi, maka tentu keluarga pun butuh kepemimpinan.
Perubahan di dalam keluarga bisa dalam berbagai hal, perubahan terhadap nilai anak sekolah yang turun, prestasi kakak yang bagus sementara adik biasa saja, atau terhadap penggunaan internet yang sangat bebas dan masif di kalangan remaja. Semua perubahan itu perlu diatasi dengan baik. Keluarga perlu pemimpin untuk mengatasi perubahan-perubahan ini.
Lebih lanjut, apakah memimpin keluarga dengan transaksional yaitu memberikan imbalan terhadap prestasi atau dengan transformasional yaitu menginspirasi dan mengembangkan kemampuan anggota keluarga? Ataukah dengan melayani seorang dengan yang lain?
Apapun jenis kepemimpinan yang anda terapkan di dalam keluarga, pastikan ada 3EX berikut ini:
1. EXIST
Sebuah keluarga tanpa pemimpin bisa berjalan tanpa arah. Pastikan bahwa dalam keluarga anda ada seorang yang memimpin. Seorang Bapak adalah yang paling wajar untuk menjadi seorang pemimpin. Namun keluarga yang tanpa Bapak mau tidak mau menobatkan Ibu menjadi sosok yang harus memimpin keluarga. Itu pun tidak apa-apa.
2. EXAMPLE
Pemimpin yang menjadi contoh buat anggota keluarga yang lain. Tanpa sadar, anak-anak sedang mengcopy dan mengidolakan orang tuanya. Anak-anak kita adalah kita pada masa lalu. Untuk itu berikan contoh yang paling baik kepada mereka. Rekaman ingatan anak-anak kita akan masa kecil mereka akan menentukan menjadi apa mereka di masa depan. Jadi jangan berikan kepada mereka rekaman film rumah yang sering berantem, teriak-teriak keras, atau tidak mau memaafkan. Tapi berikanlah rekaman film tentang kerja keras, pantang menyerah, suka memuji, dan membuka hati untuk memaafkan.
3. EXERCISE
Haig bilang "practice rather than preach". Menjadi pemimpin di dalam keluarga tidak mudah. Untuk itu memang penting sekali pelatihan setelah menikah. Yang sekarang ada hanya mempersiapkan pernikahan, padahal berikutnya yang menjadi sangat critical adalah bulan dan tahun awal setelah pernikahan. Namun, memang keluarga adalah sebuah sekolah yang tak pernah tamat sampai akhir hidup kita.
Rencana gagal, jika tidak disertai pertimbangan; rencana berhasil, jika banyak yang memberi nasihat(Amsal 15:22).
Untuk itu kita memang perlu mulai melatih diri kita untuk memimpin keluarga. Tidak ada kata terlambat. Caranya bisa dengan:
a. Berlatih membuat keputusan. Mengadakan rapat keluarga resmi untuk memutuskan sesuatu. Seluruh anggota keluarga diundang dan duduk bersama di meja makan untuk mendiskusikan apa yang menyebabkan Kakak marah-marah dan kemudian membuat kesepakatan bersama sebagai solusi agar tidak terjadi lagi. Bisa saja hal tersebut karena Adik yang memancing-mancing kemarahan, sehingga hal tersebut pun harus menjadi bagian dari solusi.
b. Berlatih membuat perubahan. Mulai membuat gerakan perubahan di dalam keluarga. Seluruh anggota keluarga dan wajib mengikutinya tanpa kecuali. Misalnya saja tidak boleh menonton TV di atas jam 10 malam, itu berarti orang tua pun wajib melakukan hal tersebut.
c. Berlatih memuji. Memuji saat anggota keluarga melakukan sesuatu yang baik. Jangan hanya marah saat melakukan kesalahan. Berlatih memberikan pujian tentunya memiliki suasana yang jauh lebih menyenangkan di dalam keluarga.
Selamat memimpin!
(Dr. Julbintor Kembaren)
Comments
Post a Comment