
Kekuatan Eliminasi
Banyak dari kita dididik dari kecil untuk memiliki cita-cita setinggi-tingginya. Kemudian kita diajar untuk berusaha sekuat tenaga supaya bisa berhasil meraih cita-cita tersebut dengan sekuat tenaga, apapun caranya kita harus bisa berhasil. Jika ada hambatan dan tantangan, hal itu tidak boleh menjadi penghalang kita untuk berhasil mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Kita diciptakan dan dilatih untuk berhasil, bukan gagal. Bahkan kata gagal sudah dihapuskan dari kamus kehidupan kita.
Dan kemudian, kita mengalami kegagalan.
Apa yang terjadi?
Kita bingung. Kita marah. Kita tidak bisa menerima kenyataan. Kita tidak puas dan tidak berhenti untuk tetap mengupayakan perjuangan kita.
Dan kita kembali gagal.
Kita tidak berhenti sampai di situ. Kita semakin menjadi-jadi. Mungkin belum mengeluarkan seluruh kekuatan yang sebenarnya, pedal gas ditekan semakin dalam, kecepatan mencapai tingkat paling tinggi.
Dan tetap gagal.
Banyak diantara kita tidak dilatih untuk gagal, tidak diajarkan untuk menyukai kegagalan dan menerimanya sebagai bagian dari kehidupan, sebagai bagian dari menjadi manusia.
Padahal kita pasti akan sering mengalami kegagalan, kita harus terlatih untuk bisa menerimanya. Kita harus menertawakannya. Seperti kata John C. Maxwell: “Fail early, fail often, but always fail forward.” Gagal lah lebih cepat, gagal lah lebih sering, tapi selalu gagal untuk bertambah maju ke depan.
"Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit;...Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutnya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam." (Kej. 19:24)
Peristiwa isteri Lot menjadi tiang garam karena menoleh ke belakang mengandung sebuah pelajaran penting: Kekuatan Eliminasi. Waktu buat isteri Lot sangat sempit untuk lari menyelamatkan diri dari hujan belerang dan api. Untuk menjadi fokus kita harus mengeliminasi. Untuk dapat maju ke depan, kita harus mengeliminasi yang ada di belakang, mengeliminasi apa yang kita harus lakukan dalam waktu yang sempit.
Kekuatan eliminasi ini sangat besar! Ini seperti cahaya matahari yang hangat yang difokuskan pada satu titik saja menggunakan kaca pembesar, menjadi panas dan mampu membakar apa saja yang ada di depannya. Kekuatan eliminasi jika dilakukan maka bisa menjadi sebuah super power yang tidak terkalahkan.
Mari kita lihat diri kita saat ini.
Kita mungkin saja bekerja untuk hidup, tapi tidak benar-benar hidup.
Bisa saja kita tidak punya waktu lagi untuk anak, istri, keluarga, atau hanya untuk menelpon dan mengunjungi orang tua yang kita kasihi.
Kita mungkin saja menghabiskan banyak waktu kita untuk beribadah dan melayani Tuhan, tapi tidak benar-benar melayani Tuhan.
Bisa saja kita terdaftar di mana-mana sebagai hamba Tuhan, pelayan Tuhan, melayani ini itu, melakukan ini itu, namun tidak lagi memiliki fokus kepada Tuhan.
Kekuatan eliminasi berarti memiliki keberanian untuk mau meninggalkan apa yang kita sukai untuk sesuatu yang lebih penting.
Kekuatan eliminasi berarti memiliki kemampuan mengatakan tidak untuk hal yang kita mampu lakukan namun akan mengganggu prioritas yang lain.
Kekuatan eliminasi berarti sanggup menikmati hidup dengan memiliki lebih sedikit kegiatan agar punya kualitas hidup yang luar biasa.
Selamat mengeliminasi.
(Dr. Julbintor Kembaren)
Comments
Post a Comment